Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Kelompok 2
HAFID PRAYOGA
HINGGIL PANDU
RUMAKSO
ILHAM MAULANA
ROMADHON
JANOKO BUWONO PUTRO
JURJES AL KIFARI
KURNIA YOGO UTOMO
LOUIS ADITYA PANTUN DEWAN
M GHIFFARY ABDURRAHMAN
MOCHAMAD FACHRY ZULFIKAR
MUHAMMAD FATIH DIRGANTARA
KATA PENGANTAR
PT. Gunadarma adalah Perusahaan yang bergerak
di bidang Industri Tekstil yang memproses Benang Polyester, Benang Tekstur,
Polyester Fiber dan Kain Jadi / Grey.
Untuk mengantisipasi kelangkaan listrik dan
upaya efisiensi pemakaian listrik di Perusahaan, PT. Gunadarmaberencana
membangun PLTU dengan bahan bakar Batubara berkapasitas 2 x 30 MW. Lokasi PLTU
tersebut berada di dua Desa yaitu Desa Kembang Kuning dan Desa Cibinong dengan
luas lahan yang digunakan ± 15 ha.
Dalam kaitan rencana pembangunan PLTU Batubara
dan sebagai rasa tanggung jawab dalam menciptakan pembangungan yang berwawasan
lingkungan, PT. Gunadarma dengan penuh
kesadaran berusaha membuat Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL). Pembuatan dokumen UKL/UPL ini mengacu pada Kep.
Men LH No. 17 tahun 2001 dan Kep. Men Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1457
K/28/2000.
Dokumen ini merupakan panduan
kegiatan lingkungan PLTU Batubara PT. Gunadarma yang dalam pelaksanaannya nanti
akan diterapkan dengan sungguh-sungguh dan penuh kesadaran.
Akhirnya, kepada semua pihak
yang telah ikut membantu dan berperan serta dalam pembuatan Dokumen UKL/UPL ini
diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Depok, 18 Februari 2018
PT. Gunadarma
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
|
||||
DAFTAR
ISI
|
||||
DAFTAR
TABEL
|
||||
DAFTAR
GAMBAR
|
||||
DAFTAR LAMPIRAN
|
||||
BAB I
|
PENDAHULUAN
|
|||
1.1
|
Identitas Pemrakarsa
|
|||
1.2
|
Identitas Penyusun
|
|||
1.3
|
Latar belakang rencana kegiatan
|
|||
1.4
|
Maksud dan tujuan
|
|||
1.5
|
Peraturan perundang-undangan.
|
|||
BAB II
|
URAIAN
RENCANA KEGIATAN
|
|||
2.1
|
Deskripsi Proyek /
|
|||
2.2
|
Garis besar komponen rencana kegiatan
|
|||
BAB III
|
URAIAN
KOMPONEN LINGKUNGAN
|
|||
3.1
|
Aspek geofisika – kimia
|
|||
3.2
|
Hidologi dan Kualitas Air
|
|||
3.3
|
Aspek Biologi
|
|||
3.4
|
Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya
|
|||
BAB IV
|
DAMPAK-DAMPAK
YANG AKAN TERJADI
|
|||
BAB V
|
UPAYA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL)
|
|||
BAB VI
|
UPAYA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UPL)
|
|||
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Identitas Pemrakarsa
1.
|
Nama Perusahaan
|
:
PT. Gundarma
|
|
2.
|
Status Perusahaan
|
:
|
PMA
|
3.
|
Jenis Perusahaan
|
:
|
Textile
|
4.
|
Telephon / Fax
|
:
|
(0264) – 202311
|
(0264) – 201431
|
|||
5.
|
Alamat Perusahaan
|
:
Jl. Margonda No 212 Depok
|
|
6.
|
Penanggung Jawab Perusahaan
|
:
|
Kurnia yogo
|
7.
|
Jabatan
|
:
|
Direktur
|
1.2 Identitas Penyusun
1.
|
Nama Penyusun
|
:
PT. Gundarma
|
||
2.
|
Penanggung
Jawab
|
:
|
Gh ifari
|
|
3.
|
Alamat
|
Jl. Margonda No 212 Depok
|
||
4.
|
Telephone
|
:
|
(0264) – 202311 ext. 2582
|
|
5.
|
Team Penyusun
|
:
1. Aaaa (Engineering)
|
||
2.
|
bbbb (Engineering)
|
|||
3.
|
cbbb (Engineering)
|
|||
4.
|
dddd (Commercial)
|
|||
5.
|
eeeee (Aspek Sos-Ek-Bud)
|
|||
6.
|
f ffff(Aspek Geofisik)
|
1.3 Latar Belakang Rencana Kegiatan
Untuk mengantisipasi kelangkaan listrik di
Indonesia dan efisiensi pemakaian listrik di Perusahaan, maka PT. Indorama
Synthetics Tbk. (PT.IRS) merencanakan kegiatan pembangunan PLTU Batubara dengan
kapasitas 2 x 30 MW.
Saat ini pengadaan sumber energi sebesar 40 MW
berasal dari :
a). PLN sebesar 32 MVA (equivalent dengan 30
MW)
b). Pembangkit milik sendiri (Genset) sebesar
10 MW.
Walaupun
PLTU Batubara nantinya beroperasi, dengan PLN masih tetap tersambung secara
parallel.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun
1999 dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001, setiap
kegiatan dibidang ketenaga listrikan yang tidak termasuk dalam lampiran
Keputusan Menteri tersebut maka diwajibkan membuat Dokumen Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Penyusunan dokumen UKL/UPL ini mengacu kepada
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1457 K/28/MEM/2000 tanggal
3 November 2000 tentang Pedoman Teknis Penyusunan UKL/UPL untuk kegiatan
Pembangkit Listrik Tenaga Termal, termasuk PLTU Batu bara didalamnya.
1.4 Maksud dan Tujuan
Penyusunan UKL/UPL mempunyai maksud dan tujuan
sebagai berikut :
a. Dampak
negatif yang akan timbul oleh kegiatan ini sedini mungkin bisa dikelola dengan
baik sehingga dapat diminimalkan dan mengoptimalkan dampak positif.
b.
Memantau
dampak negatif yang timbul sedini mungkin sehingga penyebaran dampak negatif
dapat terisolir.
c.
Menyusun
Sistem Management Lingkungan PLTU Batu bara PT. Gunadarma
1.5 Peraturan Perundang-undangan.
Peraturan
perundang-undangan yang dipakai sebagai acuan dalam penyusunan UKL/UPL adalah
sebagai berikut :
1.
Undang-Undang
No. 23 Th. 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
2.
Undang-Undang
No. 20 Th. 2002 Tentang Ketenagalistrikan
3.
Undang-Undang
No. 1 Th. 1970 Tentang Keselamatan Kerja
4.
Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
5.
|
Peraturan
Pemerintah No.41 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Pencemaran Udara
|
6.
|
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian
|
Pencemaran Air
|
7.
Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No.17 Th. 2001 Tentang Jenis Rencana Usaha / Kegiatan
yang Wajib dilengkapi dengan Analisa mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
8.
Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Industri.
9.
Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-13/MENLH/3/1995 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak.
10. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996
Tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
11. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-86/MENLH/ / 2002 Tentang Pedoman
Pelaksanaan UKL dan UPL
12. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral No. 1475K/28/MEN/2000 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di
Bidang Pertambangan dan Energi
13. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
Kep-205/BAPEDAL/07/1996 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak
Bergerak..
14.
Peraturan Pemerintah No. 82/2001 Tentang Pengelolaan Kualitas air
dan Pengendalian pencemaran air.
15.
Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 Tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja.
16. Peraturan Menteri Kesehatan
No.907/MEN-KES/SK/VII/2002 Tentang Baku Mutu Air Bersih
BAB II
URAIAN
RENCANA KEGIATAN
2.1
Deskripsi Proyek / Kegiatan
A. Nama Pembangkit :
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara
B. Rencana Lokasi Kegiatan :
- Desa : Cibinong
- Kecamatan : Cimanggis
- Kabupaten : Depok
- Propinsi : Jawa Barat
C.
Kebutuhan Listrik Setempat :
1. Area
:
- Spinning : 15 MW
- Polyester : 24 MW
- Weaving : 3 MW
2.
|
Kebutuhan
power plant
|
: 6 MW
|
|
3.
|
Pengembangan
Pabrik
|
:
|
4 MW
|
4.
|
Cadangan
|
:
|
8 MW
|
D. Rancangan Umum Kegiatan
PLTU Batu bara
|
|||
1.
|
Daya terpasang pembangunan
|
: 2 x 30 MW
|
|
2.
|
Pola operasi pembangkit
|
:
|
24 jam/hari
|
3.
|
Luas area / yang digunakan
|
:
|
4.8 Ha
|
4.
|
Luas area yang dibebaskan
|
:
|
12.3 Ha
|
5.
|
Status lahan yang digunakan
|
: Hak kepemilikan tanah seluas 12.3 Ha
|
|
diluar
lahan pabrik yang
sudah ada
|
|||
(jumlah luas lahan keseluruhan 15 Ha)
|
|||
6.
|
Sumber air yang digunakan
|
: Air permukaan danau jatiluhur
|
|
7.
|
Debit
air yang digunakan
|
:
|
111 L/detik
|
: 400
m3/jam
|
|||
8.
|
Jenis bahan baku yang digunakan
|
: Batu bara
|
|
9.
|
Kebutuhan bahan bakar
|
:
|
720 T/hari
|
10.
|
Sistem transportasi bahan baker
|
:
|
Dump Truck
|
11.
Kapasitas penyimpanan bahan bakar : 15 hari penyimpanan atau setara
dengan 12.000 ton
12.
|
Kebutuhan minyak pelumas
|
: 1000
liter/bulan
|
|||
13.
|
Sistem penanganan limbah
|
||||
Padat
|
: Dijual ke pihak pabrik semen dan paving
|
||||
Cair
|
: Proses netralisasi
|
||||
Oli bekas
|
Dijual ke pihak ke tiga
|
||||
Sistem pendingin yang dipakai
|
|||||
-
tertutup
|
: Ya
|
||||
Tinggi cerobong
|
:
|
120 meter
|
|||
14.
Umur rencana kegiatan PLTU
|
s/d :
|
2 Tahun
|
|||
-
Tahap pra-konstruksi
|
|||||
tahap
|
:
|
30 Tahun
|
|||
operasional
|
|||||
- Lama operasi diperkirakan
|
|||||
1.1 Sistim Pengadaan Batubara
Batubara dari tempat penambangan
disupply ke Pelabuhan tanjung priok, yang mana lokasinya berjarak sekitar 250
km dari PTIRS. Dari pelabuhan tanjung priok Batubara ditransportasikan lewat
jalan ke area pabrik. Selama dalam perjalanan dari pelabuhan tanjung priok
sampai pabrik sepenuhnya menjadi tanggung jawab transporter. Dalam penuhan
kebutuhan batubara dalam menjaga hal-hal yang tidak diinginkan baik karena
keterlambatan pemasokan Batubara ataupun hal-hal lain, maka pengadaan Batubara
untuk CPP dilakukan dengan sistim pengamanan stok selama 21 hari.
1.2 Proses
Produksi Listrik
Di dalam
PLTU Batubara, energi panas Batubara dikonversikan ke dalam energi listrik
dengan bantuan peralatan boiler, turbin dan generator.
Batubara
dari tempat penyimpanannya dibawa ke tempat penampungan Batubara boiler atau
steam generator setelah terlebih dahulu dihancurkan di ruangan penghancur
Batubara. Batubara tersebut kemudian di salurkan ke alat umpan Batubara (coal feeder) yang dilengkapi alat
pengatur aliran untuk dihaluskan pada mesin penghalus (Pulverizer atau coal mill) sehingga dihasilkan tepung Batubara
yang halus. Batubara halus didorong dengan udara panas yang dihasilkan dari Primary Air Fan dan dibawa ke pembakar
Batubara dengan cara menginjeksikan Batubara halus tersebut keruang bakar boiler.
Di dalam ruang pembakaran Batubara dibakar sampai seperti gas dan terjadi
perpindahan panas dengan air yang mengalir dalam pipa-pipa yang ada dalam
boiler sehingga air berubah menjadi steam. Udara panas yang dihasilkan berasal
dari fan yang bernama Forced Draft Fan,
yang mana menggambarkan udara panas dari salah satu bagian atas boiler dan
melewatinya melalui Air Pre-heater. Forced Draft Fan juga mensuplai udara ke
pembakar Batubara untuk menunjang proses pembakaran. Debu yang jatuh ke bagian
bawah boiler secara berkesinambungan keluar dan ditampung. Gas yang keluar dari
proses pembakaran pada boiler ditangkap dengan Induced draft Fan melalui Electrostatic
Precipitator (ESP) . ESP ini dapat
memisahkan fly ash 99.8 % dengan
bantuan sistem elektoda tegangan
langsung yang sangat tinggi. Sisa gas yang keluar dalam jumlah yang sedikit
kemudian dikeluarkan lewat cerobong yang tinggi. Abu (ash) dikumpulkan pada
penampung debu ESP (ESP hopper) yang
kemudian didorong secara pneumatic ke silo tertutup yang selanjutnya dibuang
dan dilandfill, dimanfatkan untuk pembuatan blok-blok, produksi semen dll.
Panas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran Batubara diserap oleh
pipa-pipa berisi air yang ada pada boiler untuk merubah air menjadi steam jenuh
(saturated steam), yang selanjutnya
dipanaskan lagi di super heater menjadi steam kering jenuh (dry super heated steam). Steam
tersebut kemudian disalurkan ke turbin bertekanan tinggi dengan
bantuan pipa-pipa tebal bertekanan tinggi dimana steam itu dikeluarkan lewat
nozzle-nozle mengenai baling-aling turbin. Kekuatan steam yang mengenai
baling-baling menjadikan turbin berputar. Shaft disambungkan dengan Generator
berupa silinder elektromagnetik besar sehingga ketika turbin berputar, rotor
juga berputar. Rotor generator tergabung dalam stator. Stator adalah gulungan
menggunakan batang tembaga sebagai pendingin internal. Listrik dihasilkan dalam
batang-batang tembaga stator dengan elektrostatik didalam rotor melalui putaran
magnet. Generator transformer kemudian menaikkan tegangan listrik sekitar 10 kV
ke 20 kV atau sesuai dengan yang diperlukan transmisi berikutnya.
Flow diagram Proses PLTU Batubara dapat dilihat
pada gambar 2.1.
2.1 Plant Water dan Sistim Cooling Water
Air yang
diperlukan untuk plant water sekitar 400 m3/jam, sebagaimana terlihat pada
neraca air (gambar 2.2).
Pemakaian
air akan diambil dari Danau Jatiluhur. Pompa yang ada sekarang ini diltempatkan
pada Poonton di Danau. Satu pompa yang ada berfungsi sebagai spare mempunyai
kapasitas 400 m3/jam. Pompa tambahan sebgai pompa stand by yang berkapasitas
sama akan dipasang. Line pipa sekitar 3000 m akan disambung dari Pump House ke
area CPP. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas maka telah direncanakan
membangun pump house permanen pada area lokasi yang sesuai di Danau Jatiluhur
yang mana saat ini sedang pengajuan permohonan kepada pihak yang berwenang
dalam hal ini PJT. II. Pump house merupakan rumah untuk pompa baru dan
pompa-pompa yang ada.
Perlakuan awal plant dengan clarifier jenis tabung pengendap telah
diajukan. Penyimpan air clarifier dengan kapasitas sama dengan untuk 8
(delapan) jam kebutuhan CPP akan disiapkan. Begitu juga penyimpan air untuk air
pemadam kebakaran akan disiapkan.
Sistim
sirkulasi pendingin menggunakan mechanical draf cooling towers akan digunakan
untuk condenser dan sistim cooling water alat pembantu. Air yang sudah
dijernihkan akan digunakan untuk make-up cooling water. Perlakuan sirkulasi
cooling water dengan dosing chlorine dan asam akan diadopsi.
Cooling water akan dipompakan basin sirkulasi cooling water dengan
3 pompa cooling water (2 jalan +1 stand by) untuk mengambil alih beban panas
condenser. Melalui pompa ACW secara terpisah beban panas dari peralatan
pembantu akan tidak teratur.
2.2 Demineralisasi Plant dan Sistim Make-up Heat Cycle
Sebagaimana
terlihat pada gambar neraca air (gambar 2.2), dengan mempertimbangkan rata-rata
make-up 3 % untuk heat cycle, make-up untuk proses condensate dan proses
kebutuhan plan Dmbekerja pada kapasitas 38 m3/jam. Dua rangkaian dengan
masing-masing kapasitas 35 m3/jam diajukan untuk dipasang di area CPP.
Di dalam DM plant, air pertama-tama disaring melalui saringan
bertekanan unit filter carbon aktiv, semua dipasang didalam bangunan DM plant.
Air filter akan dilewatkan melalui bed resin kation, degassifier towers, bed
resin anion dan mixed bed exchangers dan kemudian air demineralisasi disimpan
didalam tanki penyimpanan air DM Sistem penangan asam dan basa alkali disiapkan
secara layak dalam DM plant.
2.3 Air
Effluent
Secara
philosophi penggunaan kembali secara maksimal waste water yang ditreat dan yang
direcycling akan diadopsi pada plant ini untuk meminimalkan pemakaian air yang
diperlukan dan meminimalkan kuantitas effluent yang keluar plant. Sebagaimana
terlihat pada diagram neraca air, air yang diperlukan untuk batubara dan plant
penanganan debu akan diambil dari cooling tower blow down untuk mengurangi
keperluan air bersih.
Proses demineralisasi dalam DM plant akan terbentuk effluent asam
dan basa alkali selama regenerasi dari dua jenis perpindahan. Untuk itu akan
dibuat penetral effluent dari DM plant akan dikirim pit netralisir. Waste water
yang lainnya juga secara terpisah akan dikumpulkan dan selanjutnya diumpankan
ke pit netralisir setelah perlakuan. Air dari pit netralisir akan digunakan
untuk kebun dan tanaman lain dan sisanya akan dibuang ke drainase setelah
secara cermat dipantau untuk menyakinkan bahwa air yang akan dibuang
benar-benar memenuhi baku mutu lingkungan.
3.
Sistim Pengelolaan Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan PLTU
ini berupa :
-
Kerak
Limbah ini berasal dari
pembersihan pipa-pipa boiler. Jumlah kerak yang dihasilkan relative lebih
kecil, kandungan kerak berupa senyawa Fe2O3.
-
Abu
batubara (fly ash dan bottom ash)
Partikel
debu dihasilkan dari fly ash dan bottom ash, sebanyak 8,1% dari jumlah
batubara yang masuk (720 ton/hari) atau sebesar ± 58 ton/hari. Dari data design
alat, jumlah fly ash yang masuk ke Electrostatic
Precipitator (ESP) sebesar 90% dari jumlah abu batubara (58 ton/hari) atau
sebesar 52,2 ton/hari dan jumlah bottom ash sebesar 10 % dari jumlah abu
batubara, 58 ton/hari atau sebesar 5,8 ton/hari. Penanganan fly ash menggunakan alat Electrostatic Precipitator (ESP) yang
kemudian digabungkan dengan bottom ash
dijual ke perusahaan semen atau paving block dengan terlebih dahulu mendapatkan
ijin pemanfaatan debu batubara dari kantor KLH Jakarta, dan sisa yang tidak
dapat dijual ditimbun ke areal penimbunan (landfill) di lokasi PLTU batubara
PT. IRS. Areal penimbunan (landfill) akan dibuat setelah terlebih dahulu
mendengarkan arahan dari KLH Jakarta dan DPLHPE Purwakarta serta dilakukan
feasibility study sebelumnya.
Fly ash dan
bottom ash dari ruang pembakaran Boiler dan ESP ditransfer dengan pipa tertutup ke 2 unit silo tertutup.
Dari silo, abu tersebut ditransfer ke truk tertutup, yang kemudian dibawa ke
pabrik semen atau paving block yang telah mendapatkan rekomendasi dari KLH.
Selanjutnya apabila ash dari silo penuh dan tidak dapat diangkut,
maka akan dilakukan penimbunan pada landfill yang berada di sekitar power plant
setelah sebelumnya di siram dengan air sampai kandungan airnya sekitar 30 % ,
permukaan atasnya ditutup dengan terpal dan secara periodic dilakukan
penyiraman untuk menjaga kelembaban material. Setelah dicapai batas maksimum
penimbunan akan dilakukan penutupan dengan Pelapis Penutup Akhir (PPA) seperti
yang disyaratkan dalam Keputusan Kepala Bapedal no.: KEP-04/ BAPEDAL/09/1995
tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi
Bekas Pengolahan dan Lokasi Bekan Penimbunan Limbah B3, dimana tumbuhan
diatasnya berupa tanaman rerumputan.
4.
Sistem Penanganan Limbah Cair
Limbah cair berasal dari blow
down cooling tower dan boiler serta air sisa regenerasi. Limbah cair ini
direcycle kembali ke water treatment
plant dan dimasukkan kembali untuk kebutuhan cooling tower dan boiler (siklus tertutup). Air dari kondensat atau
dari blow down cooling tower yang
tidak dikembalikan akan ditampung di bak penampungan untuk selanjutnya
dinetralisir pada pit netralisir.
Limbah cair berupa oli bekas
sebesar 1000 liter/bulan ditampung didalam drum dan kemudian dijual pihak ke
tiga.
5.
Sistem Penanganan Limbah Gas
a
Emisi gas SO2
Untuk menekan emisi gas SO2 digunakan unit FGD (Flue Gas Desulphurisasion),
yang mempunyai effisiensi lebih dari 70 %. Pada proses ini bubuk kapur yang digunakan sebagai reagent untuk menyerap SO2 di dalam flue gas. Reaksi yang terjadi adalah
:
CaO + H2O Ca(OH) 2
Ca(OH) 2 + SO2 CaSO3. 1/2H2O + 1/2H2O
CaSO3. 1/2H2O+3/2H2O + 1/2O2 CaSO4. 2H2O
CaO sering digunakan sebagai bahan reaksi dalam
proses FGD, dengan
demikian Ca(OH)2 dapat bereaksi dengan SO2, berarti serbuk Ca(OH)2 dapat juga langsung
digunakan sebagai bahan reaksi.
Ca(OH)2 juga dapat dimasukan kedalam alat pelembab udara sesudah dicampur
dengan debu yang datang dari ESP dan debu yang terkumpul dalam dust collector
mechanic. Selanjutnya campuran debu kapur dilembabkan dari kandungan air 2%
ke sekitar kandungan airnya 5%. Dengan bantuan dorongan udara fluidizing dan tarikan tekanan negative
dari duct campuran debu kapur diarahkan kedalam duct. Komponen reactive flue
gas dengan cepat terserap kedalam komponen yang mempunyai sifat alkali pada
campuran debu kapur. Air secara simultan diuapkan menaikkan temperatur flue gas
untuk mengeffisienkan pengumpulan SO2.
Selanjutnya lapisan air sekitar reagent
permukaan partikel menebal secara cepat, dan teruapkan dan tersebar terbawa SO2. Flue gas yang keluar
dilewatkan pada ESP dimana debu-debu dalam flue gas akan ditangkapnya.
c
Emisi
gas NO2
Pada umumnya alat yang digunakan untuk menekan gas emisi NO2 adalah
Selective Catalytic Removal (SCR). Unit alat ini digunakan jika gas NO2 yang
keluar bersama flue gas melebihi nilai ambang batas yang ditentukan. Dari hasil
perhitungan secara teori nilai gas NO2 yang keluar bersama flue gas masih
dibawah nilai ambang batas, yaitu dibawah 700 mg/m3 (dapat dilihat pada
lampiran no 6 tentang perhitungan perkiraan emisi gas buang PLTU Batu bara).
Sedangkan baku mutu emisi gas NO2 berdasarkan KEP-13/MENLH/3/1995 TENTANG BAKU
MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BERBAHAN
BAKAR BATU BARA (BERLAKU EFEKTIF TAHUN 2000) adalah 850 mg/m3. Dengan demikian
emisi gas NO2 yang keluar cerobong belum perlu di treatment dengan menggunakan unit alat tersebut.
c Emisi gas lain
Untuk emisi gas lain yang keluar bersama flue gas, untuk mngetahui
dampaknya terhadap lingkungan hanya dilakukan pemantauan secara regular tiap
tiga bulan sekali yaitu lewat pemantauan udara ambient pada tempat-tempat
tertentu yang kemudian dibandingkan dengan nilai ambang batas yang berlaku.
6.
Tinggi Cerobong
Ketinggian cerobong didesign dengan mempertimbangkan aspek
pengendalian pencemaran udara dengan melihat lokasi dan kegiatan lain
disekitarnya. Dari data design cerobong yang direncanakan adalah 120 meter dari
permukaan tanah. Perhitungan tinggi cerobong mengikuti standar internasional
serta berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal no. Kep. 205/07/BAPEDAL/1996
Lampiran III tentang Persyaratan cerobong. Persyaratan tersebut antara lain
tinggi cerobong minimum 2 –
2,5 kali tinggi bangunan disekitarnya sehingga lingkungan disekitar
cerobong tidak terkena turbulensi.
7. Jangka waktu pembangunan dan operasional PLTU
Jangka waktu pembangunan mulai dari tahap pra konstruksi sampai
dengan operasional diperhitungkan 2 tahun, sedangkan umur operasional PLTU di
perhitungkan berlangsung selama 30 tahun.
E.
Hubungan Dengan Kegiatan Lain
- Sebelah Utara berbatasan dengan
|
:
|
Jl. Raya Bogor
|
|||
-
|
Sebelah
|
Selatan
|
berbatasan
|
: PT. ada ada aja
|
|
dengan
|
|||||
- Sebelah Timur berbatasan dengan
|
: Tanah masyarakat Desa Cibinong, Desa
|
||||
Kembang Kuning dan PT. Indo Panca
|
|||||
- Sebelah Barat berbatasan dengan
|
: PT.
Indorama Divisi Spinning,
Mess
|
||||
Elegant
dan tanah masyarakat
Desa
|
|||||
Kembang Kuning
|
|||||
-
|
Pemukiman
|
:
Sekitar 200 m dari bangunan utama
|
|||
-
|
Kawasan Industri
|
:
Sekitar 200-750 m dari bangunan utama
|
|||
-
|
Sekolah
|
:
|
Sekitar 1000 m
|
2.2 Garis Besar Komponen Rencana
Kegiatan.
A. Tahap
Pra Konstruksi
Survey
Survey lokasi untuk kegiatan ini dilakukan di
beberapa lokasi didaerah kembang kuning :
1. Tanah masyarakat sekitar PT. ada ada aja
2. Tanah masyarakat sekitar PT. Indorama
Dari beberapa kali survey ditentukan lokasi
rencana kegiatan didaerah :
-
|
Lokasi
|
:
Tanah masyarakat
|
- Desa
|
: Cibinong
|
|
-
|
Kecamatan
|
: Cimanggis
|
-
|
Luas lahan
|
: 15 Ha (termasuk lahan
yang sudah ada)
|
B. Tahap
Konstruksi
1.
Pembukaan dan pematangan lahan 1.a. Pembukaan lahan
Lahan yang dibebaskan seluas 12.3 Ha terdiri dari lahan tanah sawah
dan kebun bambu. Lahan tersebut dibuka dengan cara ditebang oleh masyarakat
sekitar.
1.b.
Pematangan lahan
Lahan yang sudah dibuka selanjutnya dipadatkan dengan rencana
pematangan 10 ha menggunakan alat berat untuk konstruksi seperti crane,
eksavator dll.
2. Mobilisasi peralatan berat
Mobilisasi peralatan berat
akan dilakukan dengan cara bertahap sesuai Kebutuhan projek.
3.
Pembangunan
prasarana dan sarana
a.
Pembangunan
jalan
Pembangunan jalan yang akan dilakukan pada
kegiatan PLTU di
Indorama mulai pada :
a.Pembangunan jalan utama : 600 m, dimulai dari
pintu gerbang
masuk
sampai bangunan utama pabrik.
b.Pembangunan jalan dalam sekitar 850 m
b.
Pembangunan utama. Pembangunan utama meliputi :
1.
Pembangunan pabrik
2. Pembangunan gudang bahan baku dan waste
3.
Pembangunan kantor. c. Lain-lain
Berupa pembuatan taman dan penghijauan di area
tertentu.
4. Pengerahan Tenaga Kerja.
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan selama
konstruksi terdiri dari :
- Kontraktor
|
: 200
– 400 Orang
|
|||
-
|
Karyawan kontrak
|
:
|
10
|
Orang
|
-
|
Karyawan tetap
|
:
|
80
|
Orang secara bertahap
|
5. Jangka waktu pembangunan.
Pembangunan untuk kegiatan PLTU direncanakan akan selesai dalam
waktu 2 tahun dan direncanakan pada bulan September Tahun 2020 sudah melakukan commissioning dan pada bulan Desember
Tahun 2022 Start-up plant diharapkan bisa berjalan dengan
lancar.
C.
Tahap Operasi
1.
Kegiatan
Operasi
Kegiatan operasi PLTU Batubara PT. IRS dilakukan selama 24 jam
terus menerus. Kegiatan operasi PLTU Batubara ini akan menghasilkan energi
listrik sebesar 2 x 30 MW dengan Batubara yang diperlukan per harinya sekitar
720 T/hari.
2.
Kegiatan
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan
dilakukan dengan sistem informasi komputer yang sudah terproses secara
otomatis. Kegiatan ini akan keluar sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Dalam
kegiatan ini tidak hanya melakukan kegiatan sesuai jadwal akan tetapi dilakukan
analisa kegiatan tersebut sehingga kehandalan mesin-mesin akan selalu terjaga
dengan baik Dalam hal melakukan perawatan peralatan utama , seperti perawatan
ESP karena perlu perbaikan atau hal lainnya, maka untuk hal tersebut plant akan
distop, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terutama yang menyangkut
lingkungan.
3.
Jumlah
Tenaga Kerja
Pada tahap operasi, jumlah
tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :
Tenaga
ahli
|
:
|
9 orang
|
|
Tenaga
lokal
|
|||
- Manager
|
: 5 orang
|
||
-
|
Staff
|
:
|
32 orang
|
-
|
Operator
|
:
|
56 orang
|
-
|
Lain-lain
|
:
|
12 orang
|
Tenaga
kontraktor
|
|||
-
|
Tetap
|
:
|
20 orang
|
-
|
Tidak tetap
|
:
|
20 orang
|
D. Tahap Pasca Operasi
Diharapkan kegiatan ini berlangsung secara berkesinambungan sesuai
pasokan bahan baku yang ada. Diperkirakan kegiatan ini akan berlangsung lebih
dari 30 tahun dan setelah lewat masa operasi PLTU Batubara akan dilakukan
pembongkaran mesin-mesin dan bangunan yang ada.
BAB III
URAIAN KOMPONEN LINGKUNGAN
1.1 Aspek Geofisika – Kimia
3.1.1
Iklim
Letak rencana PLTU PT. Gunadarma, berada di Desa Cibinong Kecamatan
Cimanggis Depok Propinsi Jawa Barat.
Stasiun pengamatan yang mewakili untuk daerah ini adalah stasiun pengamatan
Perum Jasa Tirta II (PJT II) Jatiluhur Purwakarta, data diambil selama 8 tahun
sejak tahun 1996 – 2003. Data iklim meliputi suhu, kelembaban nisbi udara,
curah hujan dan hari hujan, serta keadaan angin.
a.
Tipe
iklim
Melihat data iklim didaerah rencana PLTU, maka daerah ini dapat
diklasifikasikan ke tipe iklim tropika basah dengan curah hujan tahunan
mencapai 2719 mm. Pada umumnya periode bulan basah tiap tahunnya berlangsung
selama 7 bulan dari bulan September sampai dengan bulan Maret.
b.
Curah
Hujan
Curah hujan (CH) rata-rata tahunan didaerah rencana PLTU dan
sekitarnya adalah sekitarnya adalah 2719 mm. Periode bulan basah (CH > 200
mm/bulan) berlangsung selama 7 bulan dengan curah hujan tertinggi terjadi pada
tahun 2002 yaitu pada bulan Februari (818 mm). Periode bulan kering (CH <
100 mm/bulan) berlangsung selama 4 bulan, pada umumnya terjadi pada bulan Juni
sampai September
c.
Suhu dan
Kelembaban Udara
Suhu mempengaruhi besarnya curah hujan, laju evaporasi dan
transpirasi. Suhu juga dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat
memperkirakan dan menjelaskan kejadian dan penyebaran air di muka bumi.
Suhu udara rata-rata didaerah rencana PLTU sebesar 260C, dengan suhu minimum
sebesar 230C dan maksimum 320C. Rata-rata kelembaban udara tahunan sebesar
85%, dengan kelembaban udara rata-rata bulanan tertinggi sebesar 90% dan terendah
sebesar 76%.
Angin adalah gerakan massa udara, yaitu gerakan atmosfer atau udara
nisbi terhadap permukaan bumi. Parameter tentang angin yang biasanya dikaji
adalah arah dan kecepatan angin.
Dalam
satu hari, kecepatan dan arah angin dapat berubah-ubah. Perubahan ini
seringkali disebabkan oleh adanya beda suhu antara daratan dan lautan. Angin
pada umumnya bertiup dari bidang permukaan lebih dingin ke bidang permukaan
lebih hangat. Misalnya pada siang hari di bulan kemarau, arah angin cenderung
bertiup dari lautan ke arah daratan yang lebih hangat.
Kecepatan angin maksimum dilokasi rencana PLTU PT. Gunadarma dan
sekitarnya 1.1 m/det. Arah angin rata-rata setiap tahun mengalami perubahan
arah. Pada saat musim hujan antara bulan September – Maret arah angin dominant
berkisar antara Barat dan Barat Laut dengan kecepatan maksimum 1.1m/det.
Sedangkan pada bulan kemarau antara bulan April – Oktober arah angin berkisar
antara Timur Laut dan Selatan.
e.
Kualitas
Udara, Kebisingan dan Getaran
Kualitas udara disekitar lokasi rencana PLTU berdasarkan hasil
pengukuran langsung di lapangan yang dilakukan Balai Hyperkes Bandung pada
Bulan Oktober 2003 menunjukkan bahwa secara umum masih tergolong baik dimana
nilainya masih dibawah baku mutu ambient yang disyaratkan Peraturan Pemerintah
no. 41 tahun 1999.
Sumber kebisingan berasal dari mesin-mesin pengolahan, genset,
kendaraan yang keluar masuk pabrik (container, dumtruck, mini bus, sedan dan
lain- lain) yang lokasinya berdekatan dengan rencana kegiatan PLTU. Tingkat
kebisingan umumnya masih memenuhi baku mutu (Kep. Meneg. LH no.
Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan).
3.1.2 Fisiografi
Berdasarkan bentuk bentang alamnya, permukaan tanah daerah studi
dan daerah disekitarnya bergelombang hingga berbukit, berelief halus dengan
kemiringan lereng bervariasi dengan kemiringan dari rencana lokasi PLTU sektar
15 m sampai 45 m relative terhadap benchmark
lokal yang digunakan selama waktu konstruksi dari pabrik PT. Indorama yang ada
dan sedang beroperasi. Bentuk tanah umumnya berasal dari tanah vulkanik dan
tanah yang berasal dari lahar kaki Gunung Tangkubanperahu. Sedangkan lokasi
utama rencana PLTU berada pada daratan lembah bergelombang dengan
ketinggian 15 m sampai 17 m dari permukaan tanah. Lebar lembah
sekitar 50 m yang sebelumnya ditanami pohon padi dengan pohon buah-buahan pada
umumnya pohon pisang pada bagian perbukitan sekiran lembah. Rencana kegiatan
PLTU berada pada ketinggian 97 m sampai 117 m dari permukaan laut
3.1.3
Geologi
Morfologi
Letak tanah PLTU ± 8 km dari kota Purwakarta, ketinggian tanah
kira-kira dari permukaan air laut sekitar 114 m – 115 m. Tanah sedikit berbukit
dan mempunyai lembah tinggi dan ditanami padi, pohon bamboo, pohon pisang serta
pohon rambutan.
Topografi
Topografi daerah rencana lokasi PLTU merupakan daerah bergelombang
hingga berbukit, berelief halus dengan kemiringan lereng bervariasi dengan
kemiringan 150.
Geologi
Gelogi tanah pada lokasi rencana PLTU, tidak banyak batu- batuan
hanya ada cadas dan tanah lempung serta lanau. Permukaan tanahnya terdiri dari
tanah merah dan pada kedalaman 6 meter terdapat tanah lanau.
Struktur
dan jenis tanah
Struktur tanah terdiri dari tanah merah, tanah lempung, lanau.
Permukaan tanah berupa tanah merah, sedangkan pada kedalaman 6 meter kebawah
tanah sudah mengandung pasir, lempung dan lanau. Pada posisi tanah rendah di
bawah, permukaan tanah sudah lanau dan lempung. Pada kedalaman 2 meter ke bawah
dari tanah sawah kondisi tanah sudah lanau kehitam-hitaman.
Kestabilan
tanah
Kestabilan tanah relatif
stabil mempunyai kohesi c antara 0.3 kg/cm2 sampai dengan 1 kg/cm2, dan
mempunyai sudut geser antara 8 sampai dengan 13 derajat. Muka air tanah ada
pada tanah rendah (lembah) yang berupa sawah
3.2
|
Hidrologi dan kualitas air
|
||
3.2.1 Karakteristik sungai dan atau danau.
|
|||
Karakteristik sungai yang mengalir ke area kegiatan
PLTU PT. Gunadarma adalah
|
|||
sebagai
berikut :
|
|||
-
|
Jenis
sungai
|
: anak
sungai (sungai Cikuda, anak sungai Cikembang)
|
|
-
|
Penggunaan
air
|
:
dipakai untuk pertanian.
|
|
-
|
Sumber
air
|
:
berasal dari air buangan industri sektor kembang kuning.
|
Karakteristik Danau
Lokasi PLTU sangat dekat
dengan lokasi danau jatiluhur Purwakarta ± 500 m. Air danau Jatiluhur merupakan
air pasokan untuk proses PLTU PT. Gunadarma. Danau Jatiluhur mempunyai volume
air pada muka air waduk normal 107 m adalah sebesar 2.448 milyar m3, dengan
luas danau pada muka air waduk 107 m adalah 83 Km2. Menurut informasi dari PJT.
II, tentang neraca air bahwa laju alir rata-rata sumber air yang masuk ke danau
adalah sekitar 240 m3/detik, sedangkan laju alir rata-rata kebutuhan air adalah
sekitar sekitar 235 m3/detik. Dari jumlah laju alir rata-rata kebutuhan air
yang digunakan, untuk industri sekitar 5 – 7 %.
3.2.2 Kualitas air
Dari hasil analisa air, baik yang diambil dari air sebelum masuk
area rencana PLTU maupun air yang keluar setelah rencana PLTU dengan jumlah
sampel air yang diambil sebanyak 4 sampel, menunjukan bahwa hasilnya masih
dibawah baku mutu air (SK. Gubernur Jawa Barat No.6 Tahun 1999, Lamp. II,
tentang Baku Mutu limbah cair Untuk Industri Tekstil), kecuali ada satu sampel
yang diambil dari outlet PT. Cipta Artha Graha Mulya hasilnya ada dua parameter
(COD dan TSS) yang bermuara ke sungai Cikuda, hasilnya diatas baku mutu air.
Hal yang sama untuk air sungai Cikembang, tempat muaranya sungai cikuda secara
keseluruhan hasilnya masih di bawah baku mutu air permukaan (Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001, Golongan IV
:
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanian dan
usaha perkotaan peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut)
3.3 Aspek Biologi
3.3.1 Flora
Tanaman yang ada di pekarangan pabrik pada umumnya terdiri dari
kelompok tanaman hias seperti, cemara, angsana, palm, rumput, Sedangkan jenis
tanaman yang berada diluar pabrik umumnya didominasi oleh ekosistem tanaman
kebun seperti mangga, pisang, rambutan dan kebun bambu.
3.3.2 Fauna
Dari pengamatan langsung di lapangan diperoleh beberapa hewan
mamalia liar seperti, tikus (ratus sp.), kelelawar (micro chiropteria),
sedangkan hewan liar lain yang ditemukan antara lain, jenis reptilia seperti
kadal (mobouya multifasciata), dan cecak (hemidactylus frenatus). Disamping itu
binatang lain yang ditemukan di sekitar lokasi kegiatan adalah katak sawah
(rana sp.) dan katak buduk (bufo sp.), serta dari jenis moluska seperti bekicot
(achatina fulica). Jenis hewan peliharaan yang dimiliki penduduk setempat
adalah kerbau, sapi, kambing, domba, ayam, ungas, kucing dan anjing.
3.3.3 Biota
air
Plankton dan benthos merupakan parameter yang digunakan dalam studi
ini. Biota perairan yang diamati dalam studi ini adalah biota perairan sungai
Cikembang, sungai Cikuda sepuluh meter setelah jembatan, keluaran PT. Mascot,
dan gabungan keluaran PT. Indorama (Polyester dan Spinning) dan PT. Indaci.
Parameter yang digunakan dalam analisa plankton dan benthos adalah jumlah
individu/ml sample, jumlah Taxa, indeks diversitas (keanekaragaman, H) dan
equitalitas (homoginitas/keseragaman, E).
3.4 Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya
Gambaran
keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakat diperoleh dari data sekunder dan
survai lapangan pada bulan September 2017. Pengkajian aspek ini diarahkan pada
parameter yang terkait dengan dampak lingkungan yang diperkirakan akan timbul
dengan adanya proyek PLTU PT Gunadarma.
Jumlah
dan Kepadatan Penduduk
Lokasi
pabrik PT Gunadarmadi Desa Cibinong. menurut data sekunder bulan September 2003
berpenduduk 7036 orang dengan luas desa 463,815 HA. Atau rata-rata kepadatan
penduduk 1411 orang/km² dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 3814 orang
terdiri dari petani 116 orang, pedagang 68 orang, pensiunan 42 orang, karyawan
buruh 3627 orang.
Mata pencaharian penduduk Desa Cibinong terdiri dari Buruh, Buruh
Tani dan Petani Pemilik (80%) sedangkan sisanya berusaha di berbagai sektor
seperti Pegawai Pemerintah, Karyawan Perusahaan Swasta dan ABRI. Tingkat
pendapatan (pendapatan bersih) dari rata-rata Buruh adalah Rp. 15.000 – Rp.
20.000/hari, Buruh Tani Rp. 10.000 – Rp. 15.000/hari. Pekerja bangunan Rp.
20.000 – Rp. 25.000/hari. Pendapatan diatas belum termasuk biaya makan. Bagi
yang bekerja di pemerintah dan ABRI mengikuti standar PNS dan ABRI, sedangkan
bekerja di Perusahaan Swasta diberlakukan UMR yang berlaku yaitu Rp.
524.000/bulan.
BAB IV
DAMPAK-DAMPAK YANG AKAN TERJADI
Kegiatan PLTU Batubara yang akan dibangun oleh PT. Gunadarma sudah
barang tentu akan memberikan dampak lingkungan baik pada saat pra konstruksi,
konstruksi maupun pada saat pabrik beroperasi.
Dampak yang akan terjadi dari
kegiatan
PLTU Batubara PT Gunadarma
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL)
Dampak terhadap lingkungan yang akan terjadi
dari kegiatan PLTU Batubara yang akan dibangun oleh PT. IRS, perlu dilakukan
upaya-upaya pengelolaan sehingga dampak tersebut dapat di solir atau di
minimalkan.
Upaya Pengelolaan Lingkungan yang dilakukan PT.
Gunadarma. Meliputi kegiatan :
1.
|
Pra - Konstruksi
|
:
|
a.
|
Pembebasan lahan
|
b.
|
Pembukaan lahan
|
|||
2.
|
Konstruksi
|
:
|
a.
|
Pemadatan lahan
|
b.
|
Mobilisasi alat berat
|
|||
c.
|
Pembangunan sarana dan
prasarana
|
|||
3.
|
Operasi PLTU
|
:
|
UPL limbah padat
|
|
UPL limbah cair
|
||||
UPL limbah gas
|
||||
4.
|
Pemeliharaan
|
:
|
UPL bekas kemasan
|
|
UPL oli bekas
|
||||
5.
|
Pasca-operasi
|
:
|
a.
|
Debu
|
b.
|
Kebisingan
|
BAB VI
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UPL)
Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) yang akan dilakukan dari kegiatan PLTU Batubara
PTGunadarma dalam upaya memantau kemungkinan dampak yang akan terjadi dari
kegiatan tersebut. UPL dari kegiatan ini meliputi :
1. Tahap
Konstruksi PLTU : - Pematangan lahan
-
Mobilisasi
dan pembangunan sarana dan prasarana
2. Tahap
Operasi PLTU : - Pemantauan Raw material
-
Pemantauan
limbah padat
-
Pemantauan
limbah cair
-
Pemantauan
limbah gas
-
Pemantauan
gangguan kerja
3. Tahap
Pasca-operasi : - Limbah cair dari bak control
-
Gangguan
kerja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar